Sejarah Tragis Pembantaian Tulsa 1921 yang Menghancurkan Bisnis Warga Kulit Hitam Amerika

Sejarah Tragis Pembantaian Tulsa 1921 yang Menghancurkan Bisnis Warga Kulit Hitam Amerika

Pembantaian Tulsa 1921 merupakan salah satu tragedi rasial paling mengerikan dalam sejarah Amerika Serikat. Dalam waktu kurang dari dua hari, ribuan warga kulit hitam di kawasan Greenwood, Tulsa, Oklahoma, kehilangan rumah, bisnis, dan nyawa mereka akibat amukan massa kulit putih.

Peristiwa ini bukan hanya menewaskan banyak orang, tetapi juga menghancurkan “Black Wall Street”, kawasan ekonomi warga kulit hitam yang paling makmur di Amerika kala itu. Tragedi ini menjadi simbol betapa rasisme sistemik dapat menghancurkan kemakmuran dan masa depan suatu komunitas.

Berikut tujuh fakta penting tentang Pembantaian Tulsa 1921 yang mengguncang sejarah bangsa Amerika.


1. Awal Mula Ketegangan Menuju Pembantaian Tulsa 1921

Tragedi Pembantaian Tulsa 1921 bermula pada 30 Mei 1921, ketika seorang pemuda kulit hitam bernama Dick Rowland, dituduh menyerang seorang perempuan kulit putih bernama Sarah Page di dalam lift gedung Drexel Building.

Meski tuduhan itu tidak memiliki bukti kuat dan Sarah Page sendiri kemudian menolak menuntut Rowland, berita palsu yang tersebar di surat kabar lokal memicu kemarahan warga kulit putih Tulsa. Dalam hitungan jam, massa bersenjata mulai berkumpul di depan kantor pengadilan tempat Rowland ditahan.

Warga kulit hitam yang khawatir Rowland akan dihakimi massa datang untuk melindunginya. Ketegangan meningkat, dan bentrokan bersenjata pun tak terhindarkan.


2. Kawasan Greenwood: “Black Wall Street” Amerika

Sebelum tragedi Pembantaian Tulsa 1921, kawasan Greenwood di Tulsa dikenal sebagai komunitas kulit hitam paling makmur di Amerika. Di wilayah seluas 35 blok itu berdiri lebih dari 600 bisnis milik warga kulit hitam, termasuk hotel, bioskop, restoran, dan bank.

Penduduk Greenwood hidup mandiri, membangun perekonomian tanpa bergantung pada masyarakat kulit putih. Keberhasilan mereka sering disebut sebagai “Black Wall Street”, simbol kesuksesan dan kebanggaan warga kulit hitam Amerika pasca-perbudakan.

Namun, kemakmuran inilah yang justru memicu kecemburuan rasial dan kebencian yang kemudian berujung pada tragedi.


3. Malam Teror dan Pembakaran Massal

Pada malam 31 Mei 1921, massa kulit putih bersenjata menyerbu kawasan Greenwood. Mereka menembaki warga, menjarah toko-toko, dan membakar rumah serta bisnis warga kulit hitam.

Pesawat-pesawat kecil bahkan dilaporkan digunakan untuk menjatuhkan bom molotov dari udara, menjadikan peristiwa ini sebagai salah satu serangan udara pertama terhadap warga sipil di tanah Amerika.

Kota yang sebelumnya hidup damai berubah menjadi lautan api. Dalam waktu 24 jam, lebih dari 1.200 rumah dan 35 blok bisnis hancur terbakar.


4. Ribuan Korban dan Penangkapan Tidak Adil

Korban dalam Pembantaian Tulsa 1921 diperkirakan mencapai antara 100 hingga 300 orang, meski angka pasti sulit diketahui karena banyak mayat dikuburkan secara massal atau dibuang ke sungai.

Lebih dari 10.000 warga kulit hitam kehilangan tempat tinggal, sementara ratusan lainnya ditahan tanpa alasan yang jelas oleh otoritas Tulsa.

Ironisnya, tidak satu pun pelaku pembantaian dari pihak kulit putih yang diadili, sementara banyak korban justru dipenjara karena dituduh memicu kekacauan.


5. Upaya Pembersihan dan Hilangnya Jejak Sejarah

Setelah Pembantaian Tulsa 1921, pemerintah setempat berusaha menutupi tragedi tersebut. Arsip dan catatan resmi hilang atau dimusnahkan, dan media berhenti memberitakan peristiwa itu.

Selama puluhan tahun, masyarakat Amerika hampir tidak tahu tentang tragedi ini. Baru pada akhir abad ke-20, sejarawan dan aktivis mulai menelusuri kembali jejak pembantaian dan mengungkap kebenaran yang selama ini disembunyikan.

Penemuan kuburan massal pada tahun 2020 di Tulsa menjadi bukti nyata kekejaman yang pernah terjadi dan membuka kembali luka lama sejarah Amerika.


6. Dampak Ekonomi dan Sosial yang Menghancurkan

Tragedi Pembantaian Tulsa 1921 menghapus hampir seluruh kekayaan warga kulit hitam di Greenwood. Bank, usaha kecil, dan properti pribadi lenyap dalam semalam.

Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai lebih dari USD 30 juta (setara Rp450 miliar dalam nilai saat ini).
Namun yang lebih menyakitkan, pemerintah menolak memberikan kompensasi, dan banyak keluarga korban tidak pernah mendapatkan keadilan.

Dampak sosialnya juga luar biasa: ketakutan, trauma antargenerasi, dan kesenjangan ekonomi yang masih terasa hingga kini di antara warga Tulsa.


7. Upaya Pengakuan dan Pemulihan di Era Modern

Selama hampir satu abad, Pembantaian Tulsa 1921 tidak dibahas secara terbuka di sekolah-sekolah Amerika. Baru pada tahun 2021, bertepatan dengan peringatan 100 tahun tragedi, pemerintah dan masyarakat Tulsa mulai memberikan pengakuan resmi atas peristiwa itu.

Presiden Joe Biden menjadi presiden AS pertama yang secara terbuka mengunjungi lokasi tragedi dan mengakui bahwa pembantaian tersebut adalah “kejahatan rasial sistemik.”

Kini, kawasan Greenwood telah berubah menjadi pusat edukasi sejarah dengan berdirinya Greenwood Cultural Center dan John Hope Franklin Reconciliation Park yang berfungsi sebagai tempat mengenang para korban dan memperjuangkan keadilan bagi keturunan mereka.

baca juga : 7 Fakta Wabah Hitam Bizantium yang Mengubah Sejarah Dunia


Kesimpulan: Pembantaian Tulsa 1921, Luka Lama yang Tak Terhapus

Pembantaian Tulsa 1921 bukan sekadar peristiwa kelam masa lalu, tetapi pengingat betapa berbahayanya kebencian rasial dan ketidakadilan sosial.

Tragedi ini menghapus generasi kemakmuran warga kulit hitam Amerika dan meninggalkan trauma mendalam yang baru mulai disembuhkan seabad kemudian.

Melalui pengakuan, edukasi, dan rekonsiliasi, Amerika berupaya menebus masa lalunya — agar kejadian seperti Pembantaian Tulsa 1921 tidak pernah terulang lagi di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *