Serangan Kamboja: Bertambah, 12 Orang Tewas Akibat Serangan di Thailand
Serangan Kamboja di Thailand: 12 Orang Tewas dalam Konflik Perbatasan Terbaru 2025
Serangan Kamboja di Thailand kembali menelan korban jiwa. Sebanyak 12 orang tewas dalam konflik bersenjata yang terjadi di wilayah perbatasan timur laut Thailand pada 22 Juli 2025. Insiden ini memperpanjang daftar ketegangan yang belum terselesaikan antara kedua negara Asia Tenggara yang berbatasan langsung ini.
Menurut laporan resmi dari militer Thailand, serangan terjadi pada dini hari, saat warga masih tertidur. Diduga kuat bahwa serangan dilakukan oleh pasukan Kamboja yang menyusup ke wilayah perbatasan Thailand, tepatnya di Provinsi Sisaket.
Kronologi Serangan Kamboja di Thailand
Serangan dimulai pukul 02.45 waktu setempat. Ledakan pertama terdengar dari arah utara desa Ban Samrong, yang hanya berjarak 3 km dari garis perbatasan. Dalam waktu kurang dari satu jam, beberapa desa di sekitar area tersebut mengalami serangan mortir dan tembakan senapan ringan.
Militer Thailand segera merespons dan terjadi baku tembak selama kurang lebih dua jam. Sayangnya, 12 orang—terdiri dari 4 tentara dan 8 warga sipil—tewas dalam insiden tersebut. Selain itu, sekitar 35 orang mengalami luka-luka, sebagian besar karena serpihan ledakan dan runtuhan bangunan.
Dampak Kemanusiaan Akibat Serangan Kamboja di Thailand
Pengungsian Massal di Perbatasan
Sebanyak 2.300 warga terpaksa mengungsi ke kamp-kamp darurat yang dibangun di distrik Khun Han dan Kantharalak. Para pengungsi sebagian besar adalah perempuan, anak-anak, dan lansia. Mereka meninggalkan rumah dengan tergesa, tanpa membawa harta benda.
Otoritas setempat menyatakan bahwa kondisi pengungsi cukup memprihatinkan. Bantuan dari pemerintah dan LSM lokal mulai mengalir, namun akses ke beberapa daerah masih terhambat oleh keamanan yang belum sepenuhnya kondusif.
Kerusakan Infrastruktur dan Ekonomi Lokal.
Serangan ini juga merusak berbagai fasilitas umum. Dua sekolah, satu rumah sakit kecil, dan beberapa rumah ibadah mengalami kerusakan. Selain itu, ratusan hektare sawah milik warga terbakar akibat tembakan mortir.
Sektor perdagangan lokal lumpuh total. Pasar-pasar di wilayah perbatasan ditutup, aktivitas pertanian terhenti, dan suplai bahan pokok terhambat. Jika konflik terus berlanjut, serangan Kamboja di Thailand berpotensi menimbulkan krisis pangan di tingkat lokal.
Respons Pemerintah Thailand terhadap Serangan Kamboja di Thailand
Pemerintah Thailand menyatakan bahwa mereka akan memperkuat pengamanan di wilayah perbatasan dan tidak akan ragu mengambil tindakan tegas. Dalam pernyataan persnya, Perdana Menteri Thailand menyebut serangan ini sebagai “pelanggaran kedaulatan negara yang sangat serius”.
Thailand juga telah mengirimkan nota diplomatik ke Phnom Penh dan meminta penjelasan resmi. Beberapa unit artileri dan batalion infanteri tambahan telah dikerahkan untuk memperkuat pertahanan di area yang rawan.
Tanggapan Kamboja dan Sikap Pemerintahnya
Sebaliknya, pemerintah Kamboja menyatakan bahwa mereka hanya merespons serangan provokatif dari pasukan Thailand. Juru bicara militer Kamboja menyebut bahwa pihak Thailand terlebih dahulu menempatkan pasukan secara ilegal di area yang diklaim milik Kamboja.
Pernyataan ini tentu saja dibantah keras oleh pihak Thailand. Ketegangan diplomatik meningkat, dan banyak pihak khawatir konflik ini bisa berubah menjadi perang terbuka jika tidak segera dimediasi.
Sejarah Panjang Konflik Serangan Kamboja di Thailand
Serangan Kamboja di Thailand bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Ketegangan antara kedua negara sudah berlangsung selama puluhan tahun, terutama terkait klaim wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear.
Pada tahun 2008 hingga 2011, konflik serupa juga sempat terjadi dan menewaskan puluhan orang. Meskipun Mahkamah Internasional sudah memberikan keputusan bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja, sengketa perbatasan tetap menyisakan celah konflik baru hingga kini.
Reaksi Internasional terhadap Serangan Kamboja di Thailand
Organisasi ASEAN menyatakan keprihatinan mendalam atas peristiwa ini dan mendorong kedua negara untuk menahan diri. Sekjen ASEAN mengimbau agar konflik tidak semakin diperparah dan menyarankan dialog terbuka dalam forum khusus.
PBB melalui Sekretaris Jenderalnya juga telah merilis pernyataan resmi yang menyerukan penghentian kekerasan dan memberikan dukungan penuh terhadap langkah diplomasi damai.
Beberapa negara sahabat seperti Indonesia, Singapura, dan Malaysia juga menawarkan diri untuk menjadi mediator netral.
Opini Publik: Netizen Bereaksi atas Serangan Kamboja di Thailand
Di media sosial, netizen dari kedua negara saling menyuarakan pendapat. Tagar seperti #PrayForThailand dan #StopBorderWar menjadi trending. Warga Thailand banyak yang mengutuk serangan tersebut, sementara sebagian warga Kamboja menuduh media Thailand tidak adil dalam peliputan.
Namun, di antara perang opini tersebut, muncul juga suara-suara damai. Banyak aktivis dan tokoh masyarakat dari kedua belah pihak menyerukan solidaritas dan penghentian permusuhan.
Apakah Serangan Kamboja di Thailand Bisa Berujung pada Perang Terbuka?
Beberapa analis militer menyebut bahwa serangan Kamboja di Thailand kali ini lebih terorganisir dan mematikan dibanding insiden sebelumnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik bisa membesar jika tidak segera ditangani secara serius.
Peningkatan militer di perbatasan oleh kedua negara sudah terlihat sejak Mei 2025, ditambah lagi dengan isu domestik yang membuat kedua pemerintahan lebih sensitif terhadap tekanan publik.
Langkah Menuju Perdamaian dan Pencegahan Konflik Lanjutan
Untuk mencegah eskalasi konflik, para pengamat menyarankan:
-
Dibentuknya tim investigasi gabungan yang melibatkan pihak ketiga netral.
-
Dibukanya jalur komunikasi militer langsung untuk mencegah salah paham di lapangan.
-
Peningkatan peran ASEAN sebagai penengah resmi.
-
Pengiriman bantuan kemanusiaan internasional untuk pengungsi.
Leave a Reply